Jumat, 18 November 2016

One Day Trip in Yogyakarta 2015

Candi Abang Berbah Sleman
Hai para pencinta traveller, kali ini aku akan menceritakan perjalananku mengunjungi sebagian wisata di Jogjakarta. Udah lama aku kepengen jalan-jalan tapi baru kesampaian setelah ada teman kencan hahaha. Kali ini aku akan mengunjungi Watu Bantal, Candi Abang, Jembatan Perak, Kota Gede, Taman Sari dan Puropakualaman. Dari Sleman ke bantul dan balik ke Kota Gudek :D. Perjalanan ini bagiku paling nyenengin karena setelah sekian lama gak jalan-jalan hanya disibukan dengan kerjaan dan akhirnya baru bisa keturutan.

Pagi itu, bulan Mei 2015, aku berangkat jemput temenku di kosnya daerah belakang Ambarukmo Plaza Jogja jam 08.00. Rencana awal kita adalah mengunjungi Lava Bantal yang ada di aliran sungai opak. Sungai opak merupakan salah satu sungai besar yang membelah Yogyakarta. Rute perjalanan kita, dari jalan solo kita ke arah janti kemudian ke selatan menuju perempatan blok O. Setelah sampai diperempatan blok O ambil kiri ikuti jalan ke arah Berbah. Sesampai di perempatan Kalitirto kita lurus memasuki tugu yang ada tulisannya Sumber Kulon lurus nanti setelah ada makam kiri jalan lurus dikit ada jembatan Lava Bantal.

Lava Bantal merupakan bongkahan bebatuan yang berada di sekitar aliran sungai Opak yang bentuknya menyerupai bantal. Pembentukannnya bermula dari adaanya erupsi lava yang keluar dan langsung terkena air laut sehingga bentuknya menyerupai bantal. Lava Bantal merupakan cikal bakal terbentuknya gunung api purba pertamaa di Jawa. Umur lava bantal diperkiraakan lebih dari 30 juta tahun lalu. Mistinya daerah sini sebagai kerjaan makhluk halus dan katanya pernah masuk acara reality show horor di salah satu stasiun TV swasta.

Jam 08.30 kita sudah sampai di Lava Bantal (pillo lava). Karena masih pagi, suasana di tempat ini masih sepi banget jadi kita masuk masih free. Di sini juga ada sebuah jembatan yang merupakan jembatan tua dari besi peninggalan jaman penjajahan. Uniknya, jembatan ini sudah tua dan ditumbuhi rerumputan dan lumut yang menambah daya tarik tersendiri. Maksimal yang boleh nyebrang jembatan ini hanya satu orang tidak bolehg lebih. Hadeh gimana mau lebih dari satu orang, baru jalan sendiri beberapa langkah aja udah goyang-goyang. Di aliran sungai, mata dimanjakan dengan bongkahan-bongkahan batu yang menyerupai bantal berjejeran. Yaa allah indah banget sumpah.

Arah Lava Bantal Berbah Sleman
Lava Bantal Kali Opak

Jambatan Lava Bantal

Teman Kencanku :D
Foto dari Jambatan Utama
Setelah puas, jaam 8.30 kita melanjutkan perjalanan ke Candi Abang yang jaraknya tidak begitu jauh dari  lava bantal. Lokasi candi abang masih di sekitar Berbah Sleman. Dari lava bantal kita lurus ke timur mengikuti jalan ini kira-kira 2 km-an nanti akan menemukan bukit yang tidak begitu tinggi. Dari bukit kita lurus sedikit kemudian ada perempatan kecil yang sudah ada plang ambil kiri arah Candi Abang dan Goa Sentono. Apabila mau ke goa tinggal ambil kiri lagi sudah ada petunjuk jalannya tetapi jika mau ke candi abang lurus naik sedikit sudah sampai di parkiran candi abang. Cuma butuh waktu 15 menit dari lava bantal kita sudah saampai di candi abang. Tarif parkiran Rp 2.000,00 dan biaya masuk candi free.

Candi abang merupakan salah satu candi peninggaalan Kerajaan Mataraam Kuno. Sebenarnya candi ini bukan berbentuk candi pada umumnya tetapi berbentuk seperti Bukit Teletubis dengan susunan batu di dalamnya merupakan batu bata merah bukan batu andesit. Pada awal ditemukannya terdapat Yoni yang merupakan bukti bahwa candi ini merupakan peninggalan kerajaan Hindu. Di sisi selatan candi terdapat batu yang menyerupai kodok yang oleh warga sekitar dinamai watu kodok. Mitosnya candi ini banyak menyimpan harta karun di bawahnya sehingga dahulu banyak orang yang mencoba untuk menggali candi ini. Karena takut candi akan dirusak, maka warga menutup candi ini dengan tanah sehingga sampai sekarang candi membentuk bukit yang bila saat musim kemarau berbentuk perbukitan merah yang kering dan saat musim penghujan ditumbuhi rumput hijau. Biasanya saat perbukitan ditumbuhi banyak rumput, banyak kambing yang mencari rumput di sini. Kita juga bisa menikmati sunset dari atas perbukitan ini. Dengan background persawahan nan luas kita bisa menikmati pemandangan yang menakjubkaan dari atas bukit candi abang.

Candi Abang

Si Embek ada Temen Baru :D

Arah Candi Abang
Jam sudah menunjukan 09.30 dan matahari sudah begitu panas, kita langsung turun melanjutkan perjalanan ke KP4 UGM yang disana ada tempat spot keren seperti rumah tua dan kereta api tua yang merupaakan bekas syuting film HOS Tjokroaminoto. Letak KP4 UGM masih sama di sekitar Berbah. Setelah tanya sana-sini akhirnya sampai di KP4 UGM. Sayang disayang ternyata aku ke sini udah telat. Lokasi syutingnya sudah ditutup oleh pihak UGM. Alasan penutupannya karena propertinya sudah mulai rusak dan sudah banyak vandalisme. Arrrggghhh rasanya jengkel banget sumpah. Kenapa sih kalian para vandalisme tidak mencintai keindahan sukanya corat coret gak jelas ngrusak pemandnagan. Telat batinku yasudah mau gimana lagi. Dengan rasa jengkel kita melanjutkan perjalanan selanjutnya ke Jembatan Perak Pleret Bantul.

Perjalanan ke jembatan perak kita melewati jalan berbah ke barat, sesampai di perempatan jalan cendrawasih ke selatan sampai di SMA N 1 Banguntapan ke selatan lagi sampai di perempatan wiyoro jalan wonosari lurus ke selatan lagi sampai pasar ngipik lurus ke selatan lagi ikut jalan pleret. Sesampai di RS permata husada ke selatan dikit ada pertigaan pasar pleret ke selatan dikit ada perempatan ambil kiri lurus nanti bertemu SMA N 1 Pleret lurus ke timur sampai SMPN 2 Pleret lurus lagi sampai masuk kampung, nanti ada pertigaan sebelahan dengan masjid ambil kanan lurus nanti sampai di Jembatan Silver Tegal Rejo Pleret. Jam 10.30 kita sampai di jembatan perak. Di sini kita tidak dipungut biaya apapun. Parkirnya kudu yang rapi yah guys jangan sampai mengganggu pengguna jalan lain. Banyak para wisatawan yang sedang berfoto dengan berlarian ke pinggir bila ada pengguna jalan lewat. Sensasinya berasa naik ayunan diombang abing sama getaran akibat adanya pengguna jalan yang sedang lewat.

Jembatan perak atau jembatan silver tegal rejo atau jembatan bawuran merupakan jembatan gantung baru. Jembatan ini membelah sungai opak dan menghubungkan desa Gunungkelir dengan desa Bawuran Pleret Bantul. Dengan adanya jembatan yang belum lama dibuat ini, akses warga untuk ke pleret atau imogiri menjadi mudah. Akses para warga untuk ke pasar atau ke sekolah menjadi lebih dekat tidak usah mutar terlalu jauh.

Si manis jembatan perak :D (ngarep)

Jembatan Perak

Permisi numpang lewat :D

Arah Jembatan Perak
Setelah hari semakin siang dan hawanya panas banget. Jam 11.00 kita pustus kan langsung cabut ke arah Kota Gede. Dari jalan pleret ke utara arah pasar ngipik, kemudian ambil kanan sampai di perempatan ring road barat kota gede lurus ke arah kota gede sampai pertigaan ambil kiri ke arah pasar kota gede. Jam menunjukan 11.15, kita muter nyari gang masuk ke arah Masjid dan Makam Kota Gede. Setelah melihat ada keramaian di samping gang kiri jalan kita coba masuk dan parkir di dekat perumahan warga. Di sini kita free tidak dipungut biaya apapun. Sudah banyak para wisatawan yang asik berfoto ria di depan salah satu rumah warga yang pagarnya di selimuti tumbuhan rambat. Cocok banaget untuk berselfi ria. Kemudian kita masuk lurus ke area masjid dan makam.

Arah Kota Gede
Rumah Warga Kota Gede

Penjaga Rumah

Merenung

Lagi Mikir

Di area masjid kota gede bangunannya masih bangunan jaman dahulu. Pagarnya semua ditata menggunakan batu bata dan masih alami peninggalan kerajaan. Ada beberapa rumah yang dijaga para abdi dalem kerajaan yang menjual cindera mata seperti perak yang merupakan cindera mata khas Kota Gede. Kemudian di samping masjid ada makam raja-raja mataram dan pemandiaan. Kemudian kita masuk di area pemandian lanang wadon. Di area pemandian ini masih dimanfaatkan oleh beberapa warga khusunya laki-laki untuk mandi. Di kolam pemandian juga terdapat ikan lele dan nila yang ukurannya lumayan besar sekali.

Pagar Bumi Masjid Kota Gede

Pintu Masuk Makam Raja-Raja

Area Pemandian

Sama Seperti di area Kerajaan Majapahit

Selfi dulu yuk :D

Area kolam pemandian
Jam menunjukan pukul 12.30, perut kita udah keroncongan. Kita cari makan dulu di daerah jalan kusumanegara. Karena pengen yang pedes-pedes kita makan SS nihh. Kita istrahat dulu makan dan sholat sambil ngomongin keman lagi nih. Sebenernya badan udah ngrasa capek banget hehhe. Tapi belum puas rasanya kalau belum list nya abis dulu. Setelah makan jam 13.00 kita lanjut ke Puropakualaman dulu yang lebih dekat jaraknya. Dari SS jalan kusumanegra kita tinggal lurus ke barat kira-kira 1 km an nanti sampai di Puropakualaman utara jalan. Kita parkir di luar dan nanya ke tukang parkir boleh ndak masuk ke area pakualaman. Kemudian si bapak bilang boleh mbak nanti ijin dulu sama abdi dalem yang lagi jaaga di depan itu.

Setelah bayar parkir Rp 2.000,00 kita langsung masuk menuju area puropakualaman dengan tanda tangan laporan jam masuk pengunjung. Kita diberitahu bahwa tidak boleh masuk area pendopo dan tidak boleh menganggu ketenangan Bapak di dalam. Okelah kita langsung masuk ke dalam. Seumur-umur selama menjadi warga jogja baru kali ini aku masuk Puropakualaman. Kita masuk ke area rumah unik yang berciri khas campuran budaya barat dan jawa. Tetapi ada satpam yang melarang kami masuk sementara karena ini kan sudah masuk jam istrahat siang Bapak baru sare (tidur) jadi jangan masuk dulu nanti mengganggu. Yah sayang.. yasudah kita duduk ajaa istrahat di bawah pohon sambil istraahat menikmati indahnya arsitek rumah ini.
Area Puropakualaman

Taman

Pengen ketawa liat barisan di depan pendopo

Rumah Istirahat Bapak

Kantor

Memedi Sawah
Arah Pakualaman

Setelah cukup istrahat kita lanjutkan perjalanan ke Taman Sari. Watu ke luar dari puropaakualaman kita ngisi buku tamu untuk jam ke laur dulu. Jam 13.45 kita lanjutkan perjalanan walaupun sebenernya aku udah sedikit kecapean heheh. Kita lanjutkaan destinasi yang terakhir yaitu Tamaan Sari. Jalannya dari puropakualaman lurus ke baarat ke arah jembatan sayidan. Sampai di perempatan taman pintar ambil kiri sampai menemukan pertigaan ambil kanan ke aras plengkung mijilan lurus ke arah alun-alun kidul. Muter sampaai di gang nomor dua dari alun-alun bagian barat ambil kiri lurus, pertigaan kaanan lagi kira-kira 100 m sampai ada plang ke Tamaan Sari dan langsung ambil kiri masuk parkiran. Lagi-lagi disini kita main curang lewat pintu belakang biar gak kena tiket masuk hehehee (gak boleh ditiru).

Setelah bayar parkir Rp 2.000,00 kita menuju bekas istana megah di area perumahan warga. Sepertinya ini bekas istana taman sari yang sudah usang dimakan usia. Atapnya juga sudah tidak ada. Tetaapi nilai seni, kebudayaan, dan arsitektur dari bangunan ini masih terjaga utuh kelestariannya. Denger kabar sekarang tempat ini sudah kotor oleh vandalisme tetapi sudah dibersihkan oleh warga Jepang dengan cat ramah lingkungan. Ya tuhan kenapa warga asing saja peduli dengan warisan budaya kita sedaangkan kita sendiri yang diwarisi malah tidak bisa menjaga dan cuma bisa merusak.

Weekend jadi rame bingit


Bayangin aja tu tebal banget dindingnya

Sudah ada vandalisme 

Area luar istana

Jendela ruangan

Pintu masuk
Kita langsung berjalan masuk ke area pemukiman warga menuju masjid bawah tanah. Kita harus turun dulu menuju pintu masuk masjid. Sebenernya ini adalah masjid pada jaman penjajahan dahul dan sekarang merupakan salam satu situs warisan budaya. Saat masuk ke dalam rasanya lembab banget karena berada di bawah pemukiman penduduk, Di dalam sini ada kolam air yang digunakan untuk berwudlu. Yang unik dari tempat ini adalah adanya corong terbuka ke atas yang fungsinya untuk menggemakan suara adzan.

Lorong

Tempaat Wuddlu

Corong 

Tangga menuju corong
Arah menuju taman sari
Setelah panas dan lelah akhirnya jam 14.30 aku putuskan untuk pulang. Kita tidak mampir ke pemandian raaja-raja karena saking banyaknya wisatawan dan aku sudah merasa lelah sekali. Kita akhirnya berjalan ke parkiran ambil motor lalu kabur pulang.

Biaya :

1. Bensin : Rp 25.000,00

2. Makan di SS : Rp 40.000,00

3. Parkir SS : Rp 1.000,00

4. Parkir candi abang : Rp 2.000,00

5. Parkir puropakualaman : Rp 2.000,00

6. Parkir taman sari : Rp 2.000,00

Total : Rp 72.000,00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar