Laut Pecis Ulu watunya Jogja |
Yogyakarta sangat terkenal dengan banyaknya tempat wisata yang sangat mengagumkan. Dari banyaknya Pantai pasir putih yang indah di Gunung Kidul, Pegunungan Menoreh yang menjulang tinggi di Kulon Progo dan Candi-candi peninggalan kerajaan Mataram Kuno yang banyak tersebar di Sleman. Kali ini aku akan membahas salah satu spot wisata di Yogyakarta yaitu Laut Pecis.
Spot ini bertempat di daerah Purwosari Gunung Kidul atau lebih tepatnya dari Pantai Parangtritis ke Timur naik sekitar 8 km. Laut pecis ini berdekatan dengan Laut Bekah yang merupakan deretan tebing yang menjulang tinggi dan langsung berbatasan dengan laut lepas.
Siang itu pada bulan Februari 2016, pukul 14.00, aku bersama temanku berangkat dari kosku, belakang Ambarukmo Plaza ke Laut Bekah. Rencana awal kita mau ke Laut Bekah untuk melihat sunset mumpung cuaca mendukung. Kita langsung menuju ke arah Ring road selatan menuju ke Jalan Imogiri timur. Sesampai pertigaan pasar imogiri yang ada pohon beringinnya kita ambil kanan bila ambil kiri nanti ke arah Hutan Pinus Mangunan. Kira-kira 500 m dari puskesmas ada pertigaan dekat dengan SMK Muhammadiyah 1 Imogiri kita ambil kiri ke arah Siluk Gunung kidul. Setelah melewati jembatan siluk kita lurus ke arah Siluk-Panggang. Hati-hati jalannya naik dan menikung tajam. Ikuti jalan siluk panggang naik lurus nanti bertemu peretigaan sudah ada banyak plang ke arah Laut Bekah. Ikuti saja plangnya. yang penting pasang mata lebar-lebar. Jalannya lumayan bagus dan lebar juga sepi tetapi tetap waspada karena warga banyak yang naik motor ngebut.
Sesampai jalan masuk laut bekah dari jalan utama, kita disuguhin jalan masuk dusun yang masih cor blog. Kira-kira 6 km dari jalan utama menuju Laut Bekah. Setalah kira-kira 4 km an kita sampai di Dusun Bekah. Masuk lurus kira-kira 1 km kita disuguhi jalan terjal batu putih yang sangat menyiksa hiks. Jalan yang tidak bersahabat ini lumayan panjang hampir 2 km an sampai kepalaku pusing dan si abang mimisan. Sebelum sampai di Laut Bekah aku melihat plang ke kanan dengan jalan cor blog kecil ke arah Laut Pecis. Melihat Laut Bekah yang kayaknya ramai, aku putusin ke Laut Pecis. Jam 15.00 kita sampai di Laut Pecis tanpa tiket masuk alias Gratissssss.
Laut Pecis dan di belakang abang batu menjorok itu Laut Bekah |
Laut pecis sering disebut-sebut sebagai Uluwatunya Jogja karena tempat ini sangat mirip dengan Uluwatu yang ada di Bali. Biasanya tempat ini ramenya malam hari dengan para pemancing Rock Fishing. Tempat ini sangat disenangi oleh para pecinta Rock Fishing yang ada di Jogja karena sebelum terkenal menjadi destinasi wisata, tempat ini hanya dikunjungi oleh para pemancing. Di sini ada semuah gubuk mungil dan kamar mandi yang dibangun oleh yayasan apa gitu lupa ingat heehe dan disediakan untuk istirahat para pemancing. Kamar mandi di sini kalau aku lihat airnya dari tadah hujan. Yah bayangin aja mereka membawa air dari desa jauh banget dengan akses jalan berbatu. Ampun dahhhh kapan ni pemerintah merenovasi jalannya biar kita gak malas ke tempat ini lagi. Padahal viewnya oke banget buat sunsetan. Klo aku saranin mending make mobil Jeep atau motor Trail dijamin aman gak bikin pusing mimisan dan perut mual. hahhahaha
Karena waktu sudah ashar, kita sholt asar di gubuk mungil. Waktu masuk ke kamar mandi ehh dikunci dan di tampungan airnya ijo :( yawdah deh inisiatif kita wudlunya buat muka dan kumur pake air minum kemudian dilanjutin pakai air bak. Baunya gimanaaa gitu tapi yah mau gimana lagi heeheh
Di tempat ini awalnya cuma kita berdua jadi berasa privet beach lagi heheheh yah maklum bukan weekday. Karena si abang takut panas, aku langsung menuju ke bibir tebing sendirian. Waktu nengok ke bawah hiiiii sseremmmm jadi parno gimana kalau ambles. Abis itu aku gak berani dekat-dekat lagi. Setalah radak sorean dikit muncul sepasang muda-mudi yang masih pake seragam perawat kemudia disusul sepasang muda-mudi lagi kayaknya sih masih kuliah. Jadi ada tiga couple di Laut Pecis ini hehhee.
Si Abang lagi Sholat Ashar |
Suasana Sunset Laut Pecis |
Sunset Laut Pecis |
Couple yang lagi asik berfoto :D |
Si abang yang irin sama pasangan depan |
Aku yang lagi meratapi nasip :D |
Matahari semakin lama semakin ingin meninggalkan peraduannya. Ya allah sungguh besar ciptanmu. Bagus banget walaupun sedikit tertutup awan. Aku dan abang duduk di gubuk dan menikmati indahnya sunset sore itu. Satu Couple perawat melihat sunset sambil berdiri di dekat gubuk dan couple yang satu lagi asyik berfoto ria dengan sunset. Tak butuh waktu lama untuk menikmati Gold Skies karena langit semakin lama semakin gelap dan matahari sudah meninggalakan peraduannya.
Aku minta si abang langsung bergegas pulang karena aku takut gelap. Kita langsung tancap gas pulang disusul couple perawat yang lagi memakai jaket dan satu couple lagi masih asik berfoto. Bayangkan yah bayangkan dengan jalan yang ancur karenan hanya batu putih kita menerobos hutan pesisir ini tanpa penerangan mana perkampungan masih jauh ahhh. Uadah gitu lewat pinggir kuburan sepi tanpa penerangan pula alamakkkk cuma bisa nutup mata dan berdoa. Entah si abang mikir apa gak peduli. Di jalan aku cuma diam dan berdoa tak cuma sekali bertemu dengan anjing hutan tapi alhamdulillah tidak apa-apa kok. Setiap bertemu penduduk yang baru mau pulang dari ladang aku bersyukur ada teman walaupun mereka cuma jalan kaki dan batinku kenapa yang couple perawat tadi gak nongol-nongol perasaan tadi jaraknya gak jauh-jauh amat.
Setelah menempuh perjalanan yang mengocok perut akhirnya sampai Dusun Bekah. Sesampai di masjid mau sholat magrib tapi diurungkan soalnya jadi tontonan. Kita langsung menuju jalan utama untuk mencari masjid lain. Sesampai jalan Panggang-Parangtritis, kita mencari pertigaan ke arah Jalan siluk -panggang teteapi karena penerangan minim kita jadi bingung dan ngikutin kumpulan pemancing yang harusnya belokannnya masih lurus kita jadi belok kiri ikutin para pemancing belum ada 200 m an para pemancing tadi berhenti dan kita lurus terus ikuti jalan yang sudah beraspal halus ini. Dan feelingku mulai gak enak, perasaan tadi kita lewatin pasar dan ada bang BRI kenapa ini sekarang jadi jalan tanpa penerangan, sepi motor cuma satu kita aja dan kanan kiri hutan belantara. Oke fix kita salah jalan dan mungkin pemancing tadi juga salah dan puter balik. Aku diam aja ketakutan dan berdoa lalu si abang juga cuma nyetir lurus misal mau puter balik udah kejauhan. Aku logika aja ntar pasti juga ketemu jalan utama karena kita ke utara. Alhamdulilah sampai pertigaan yang banyak orang dan banyak penerangan.
Nah mulai dari sini aku udah hilang arah. Di pertigaan ada plang bila ke arah kiri ke Wonosari dan kanan ke arah Prangtritis. Dan kita milih ke arah Parangtritis berharap bisa bertemu jalan panggang - siluk. Buka google map heng karena kita di dusun antah berantah minus sinyal. Kita bertemu polsek purwosari dan kelurahan apa kecamatan lupa ingat. Kemudian bertemu plang ke arah Goa Cermai, hahh goa cermai bukannya itu masih ke barat kenapa ada di selatan jalam ? (karena aku masih mengira jalan ke timur padahal sebenernya jalan ke barat). Waktu sudah mau Isya padahal kita belum magrib langsung cari masjid. Setiap ketemu masjid pasti ada di atas bukit akhirnya kita nemu masjid di pinggir jalan. Hah kenapa masjidnya menghdap timur? Sumpah aku bingung arah. Selesai sholat magrib dan dilanjutkan sholat isya, kita menanyakan jalan ke Imogiri ternyata kita bukan ke arah jalan panggang - siluk tetapi turun ke Parangtritis. Ohhh harusnya tadi dipertigaan kita ambil ke arah wonosari :( yasudah kita turun ke Parangtritis yang hanya berjarak 2 km. Setelah turun ke Parangtritis baru kita lanjutkan ke Kota melewati Jalan Paris - Jalan imogiri Timur dan berhenti menyanpat Sate Kambing Mbak Bela sebelah utara Rumah Sakit Nur Hidaya murah banget dengan harga Nasi-Sate-Teh Hangat Rp 20.000,00 :D Setelah selesai kita lanjut pulang dan alhamdulillah sampai kos jam 21.00.
Arah berangkat ke Laut Pecis |
Arah Pulang Terlalu Jauh |
1. Bensin : Rp 25.000,00
2. Makan 1 x : Rp 40.000,00
Peta Laut Pecis :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar