Jumat, 10 Maret 2017

Telaga Biru, Luweng Sampang dan Green Village Gedang Sari Gunung Kidul


Telaga Biru, Semin, Gunungkidul
Sudah beberapa bulan lalu saya jalan-jalan ke daerah yang belum pernah saya jamah yaitu di daerah Gedangsari Gunung Kidul. Gedangsari Gunungkidul merupakan wilayah DIY yang berbatasan langsung dengan Klaten, Jawa Tengah. Gedangsari memiliki beberapa destinasi baru yang gak kalah serunya dengan destinasi lain di Gunungkidul. Salah satu yang baru dibuka adalah tempat wisata baru yaitu bukit yang diberi nama Green Village Gedangsari. Kemudian ada air terjun yang disebut Luweng Sampang dengan ciri khas bebatuannya yang unik.


Pada bulan April 2016, kita melakukan perjalanan ke Gedangsari melewati rute yang lebih panjang tetapi tidak melewati pegunungan. Kita tidak melewati Gunungkidul yang jalannya naik turun, tetapi kita jalan mengitari pegunungan Gunungkidul yaitu melewati Klaten. Kita berangkat dari Jogja jam 7.00 dengan tujuan pertama Luweng Sampang. Dengan berpedoman GPS kita melewati jalan jogja solo - setelah ada pertigaan dengan plang ke kanan ke arah Gantiwarno / Setasiun Srowot (sebelum bangjo) kita ambil kanan - ke arah setasiun srowot - setasiun srowot ambil kiri ikuti jalan utama - pertigaan ada plang ke Gantiwarno ambil kanan - sampai jalan Ahmad Dahlan ambil kiri - sampai SD Jogoprayan ambil kanan lurus ikuti lereng peguningan dan GPS - sampai bertemu dengan sungai ikuti sungai kecil tersebut. Jalan ke luweng sampan memang sedikit rumit karena banyak cabang jalan kecil. Ikuti GPS aja sih saranku biar aman walaupun kadang masuk  jalan setapak.

Jalan Ke Luweng Sampang
Hampir satu jam lebih karena bingung kita baru sampai di Luweng Sampang. Jam 9 kurang kita sampai dengan sebelumnya kita bingung karna GPS dan dapet jalan buntu hahaha. Setelah tanya warga ternyata memang posisi Luweng Sampang tidak cocok di GPS dan cuma tinggal lurus ikuti sungai pinggir jalan sudah sampai hahaha.

Saat pertama kali lihat luweng sampah rasanya wahhh banget karena expetasi berbeda dengan realita. Expetasi luweng sampang bagiku adalah air terjun yang menjulang tinggi dengan bebatuan yang membentuk Luweng (tempat memasak dengan api) makanya disebut luweng sampang. Ternyata realitanya air terjun Luweng sampang tidak begitu tinggi hanya kira-kira 3 meteran yang berada di aliran sungai kecil. Tetapi jangan salah tekstur bebatuannya sangat indah sekali. Bebatuan hitam yang berada di sepanjang aliran sungai membuat seni tersendiri. Seni bebatuan  inilah yang merupakan ciri khas luweng sampang.

Luweng sampang dijaga oleh sesepuh setempat yang merupakan juru kunci luweng sampang. Biasanya beliau menjadi juru parkir kendaraan bagi wisatawan yang ingin mandi di luweng sampang. Parkir kendaraan roda 2 Rp 2.000,00 dan masuk ke luweng sampang free alias gratis. Saat kita datang yang paling menakjubkan adalah banyak kupu-kupu berwana kuning kehijauan yang sedang bermain di pinggiran sungai. Sayangnya kita  gak bawa kamera bagus sih jadi gak bisa foto hhahaha.

Karna cuma pake Hengpong Jadul yah Butterfly-nya keliatan putih doang :D

Aliran Luweng Sampang

Air Terjunya berada di belakang yang rame buat mandi
Setelang puas, jam 09.30, kita naik sedikit kira-kira 500 meteran  ke air terjun Kluwehan. Air terjun ini juga dibuka belum lama. Dengan akses jalan yang masih berupa tanah, kita parkir di depan rumah warga. Hanya dengan uang seiklasnya (aku masukin Rp2.000,00) dan parkir Rp 2.000,00, kita bisa masuk ke air terjun Kluwehan. Jarak air terjun dengan parkiran hanya 200 meteran. Sungai di air terjun ini masih satu jalur dengan sungai di Luweng Sampang. Karna aliran sungainya kecil, air terjunya tidak begitu deras tetapi airnya sangat jernih sekali. Waktu kita lewat air terjun ini sedang direnovasi akses jalannya oleh warga setempat. Kita juga bisa naik ke atas air terjun dengan jalan yang lumayan licin guys.

Air Tejun Kluwehan

Kluwehan aliran dari atas
Setelah puas berfoto ria, jam 10.00 kita lanjutkan perjalanan kitaa ke Green Village Gedangsari. Kita muter dari Air Terjun Kluwean ke arah seletan menuju Pathuk Gunung Kidul. Kita ikuti jalan beraspal yang naik turun hingga bertemu jalan utama Wedi - Wonosari. Saking bingungnya kita malah ke arah wonosari, jadi kita muter balik turun ke jalan tanjakan clongop. Tanjakan clongop merupakan tanjakan yang lumayan extrim ke wonosari dan menjadi alternatif jalan bagi warga solo dan klaten bila mau ke wonosari. Setelah turun dari tanjakan clongop kita bertemu pertigaan kemudian ambil kanan mengikuti jalan beraspal kecil dan GPS. Setelah sampai dipermpatan kecil kita bertanya warga setempat karena sanksi dengan jalanan kecil menuju Green Village. Setelah bertanya memang benaar ini jalan menuju green village. Bebarengan dengan KLX yang lagi pada turing kita naik ke atas. Jalan menuju green village sudah di cor blok dan lumayan kecil. Jadi bagi yang mau ke Green Village menggunakan mobil harap hati-hati karena kanan kiri sudah jurang.

Kita lanjut naik ke Green Village dengan tanjakan yang lumayan extrim dan kecil bebarengan dengan pengendara KLX yang kenceng-kenceng. Sesampai di pertigaan ada plang ke kiri ke arah air terjun Banyu Nibo atau air terjun Yunan. Terus kita berhenti dulu nanya orang kira-kira jauh gak, ternyata enggak. Kita langsung cus ikuti jalan cor blok. Setelah ada masjid kiri jalan kita ambil kiri ikuti jalan bertanah. Setelah ikuti jalan bertanah, jalanan mulai menyempit seperti jalan setapak tetapi tetep bisa dilewati motor guys yang penting hati-hati. Kita masuk di pekarangan rumah warga, karna aku takut jalan kecil aku minta turun dan mending jalan kaki. Gak jauh, kita sudah di parkiran depan rumah warga, Dengan membayar parkir Rp 2.000,00 dan free untuk masuk air terjun, kita langsung berjalan turun kira-kira 100 meteran. Jam 11.00 kita sampai di Air Terjun Yunan. Akses jalan air terjun ini masih berupa tanah dan bebatuan kecil jadi kalau pada saat musim hujan kudu hati-hati.

Air terjun Yunan merupakan air terjun kecil yang tingginya sekitar 3 meteran dan lebar kira-kira sepuluh meteran. Air terjun ini merupakan aliran sungai kecil yang alirannya turun melewati bebatuan yang melebar seperti dinding. Aliran air terjun juga tidak begitu deras karena pada saat musim kemarau. Yang bikin enak di sini adalah anginya semilir sejuk di bawah pohon bambu. Dengan hawa panas di Gunungkidul rasanya adem kalau sampai air terjun ini. Hawanya bikin ngantuk dengan angin yang sepoi-sepoi.

Jalan Menuju Green Village

Air Terjun Yunan / Banyu Nibo
Setelah beristirahat, duhur kita langsung capcus ke Green Village. Kita mampir sholat duhur dulu ke masjid di pertigaan tadi. Setelah sholat dan cuaca yang sangat panas, kita lanjut ke Green Village Gedang Sari. Sesampai dipertigaan plang air terjun tadi, kita lanjut naik kira-kira 200 meteran. Kita bertemu pertigaan yang jalanya naik bebatuan putih. Duh.. feeling udah gak enak. Ternyata benar, arah green village satu kilo melewati bebatuan putih. Alamakkkkk... karna takut, aku memilih jalan kaki sampai atas, Sesampai di atas jalanan sudah lumayan tidak bebatuan tajam, aku lanjut bonceng naik motor. Setelah berjuang melewati jalan yang lumayan buruk, akhirnya kita sampai di Green Village jam 12.30. Kita langsung masuk parkir Rp 2.000,00 dan free untuk masuk ke Green Village.  Karena hawanya panas kita beli makanan dulu dan duduk istrahat dulu. Cuaca di green village lumayan menguras keringat karena panas padahal kita berada di bukit batu putih.

Green Village Gedangsari merupakan bukit batu putih yang berada di sebelah timur Gunung Kidul yang berbatasan langsung dengan Klaten. Jika kita naik ke bukitnya, di sebelah timur green village kita bisa menikmati pemandangan rawa jombor yang luas dengan dikelilingi persawahan yang lumayan luas. Kemudian di sekeliling green village kita bisa menikmati pemandangan pegunungan-pegunungan yang menjulang seperti di Selandia Baru. Makanya green village disebut sebagai selandia baru lokal-nya jogja.

Pemandangan Green Village Gedangsari

Melas yah Mb :D

Selandia Baru Lokanya Jogja

Mukanya mohon di Kondisikan :D
Setelah istirahat, kita mengejar waktu ke Telaga Biru, Semin. Jam setengah dua siang kita berangkat menuju Telaga Biru. Yang jarak tempuhnya lumayan jauh. Kira-kira satu jam perjalanan. Dari Green Village kita turun lurus ikuti jalan utama. Sesampai di jalan antar provinsi jalan Bayat - Cawas kita ambil kana lurus sampai pertigaan kita ambil kanan ikuti jalan Bayat - Tancep. Ikuti jalan tersebut kemudian setelah sampai di pertigaan lagi kita ambil kanan lurus ikuti jalan utama sampai di pertigaan watu kelir kambil kiri lurus kemudian sampai jalan jalan utama watu kelir ambil kanan kira-kira 1 km an sudah ada plang telaga biru kemudian ambil kanan masuk.

Telaga biru merupakan wilaya penambangan batu kapur yang berada di perbatasan watu kelir sukoharjo dan semin Gunung Kidul. Penambangan batu putih menyisakan cekungan-cekungan yang pada saat musim hujan akan terisi air. Karena air masuk ke dalam cekungan bebatuan kapur maka terlihat beberapa danau kecil berwarna hijau kebiruan. Warna dalam telega inilah yang menjadi istimewa dari sebuah tambang batu kapur. Telaga biru ini juga berada di wilayah perbatasan antara Sukoharjo dengan Gunungkidul. Jadi lumayan sangat jauh dari pusat kota Jogja. Untuk ke sana bisa melewati wonosari tetapi dengan jalan yang naik turun. Tetapi untuk lebih bagusnya kita bisa melewati klaten dan sukoharjo dengan akses jalan yang sudah lumayan bagus dan lebar.

Dari jalan utma tadi kita ambil kanan masuk ke perkampungan warga kira-kira 200 meteran sudah sampai di area penambangan batu kapur. Pemuda setempat sudah menyediakan lahan parkir dan menjadi panitia wisata setempat. Untuk parkir motor Rp 2.000,00 dan tiket masuk Rp 3.000,00. Setelah itu kita naik ke penambangan batu kapur dengan berjalan kaki kira-kira 100 meter dari tempat parkir. Dari atas kita bisa menikmati telaga warna dari atas dengan dikelilingi persawahan yang sangat luas. Bikin adem mata deh pokoknya.

Jalan Menuju Telaga Biru

Telaga Biru Semin

Sebenernya warnanya ijo bukan biru hahha

Setelah puas kita turun karena sudah asar. Pas turun di parkiran, liat arah ke watu payung yang cuma satu kilo jaraknya. Karna mumpung di sini, kita lanjut ke batu payung dengan mengikuti plang petunjuk. Jalan menuju batu payung sudah jelek hanya cor blok. Sesampai di wihara, kita bingung ada plang batu payung tetapi di mana tempatnya dan parkirnya dimana juga. Kemudian kita bertemu sama warga setempat yanag sedang membersihkan kebun miliknya. Kita disuruh parkir di dekat wihara. Dari situ kita naik kira-kira 50 meter oleh pemilik lahan tersebut. Ternyata watu payung itu adalah batu yanag bebentuk payung tetapi masuk ke dalam hutan. Kita cuma naik ke atas untuk menikmati keindahan hamparan sawah dan ada gubuk yang sudah reyot. Biasanya para para wisatawan ke batu payung untuk menikmati sunset.
Batu Payung


Karna waktu sudah mau jam 4 sore dan motor gak ada yang jaga, kita putuskan untuk turun balik. Sebelum balik, kita mampir di masjid dulu untuk sholat asar. Selesai sholat asar kita lanjut pulang. Perjalanan kurang lebih dua jam untuk sampai rumah dengan melewati jalan Wedi - Bayat sampai jalan solo kemudian balik ke jogja. Alhamdulillah magrib sudah sampai rumah.

Rincian Biaya :

1. Bensin                                                          : Rp 50.000,00

2. Makan                                                          : Rp 50.000,00

3. Tiket parkir luweng sampang                      : Rp 2.000,00

4. Tiket Masuk curuk Yunan                           : Rp 2.000,00 (seiklasnya)

5. Tiket parkir curuk yunan                             : Rp 2.000,00

5. Tiket parkir green village                            : Rp 2.000,00

4. Tiket parkir telaga biru                               : Rp 2.000,00

5. Tiket masuk telaga biru                              : Rp 6.000,00 ( 2 orang)

Total                                                               : Rp 116.000,00 / 2  @Rp 58.000,00 per orang

Peta lokasi Green Village Gedangsari:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar