Telaga Biru, Semin, Gunungkidul |
Pada bulan April 2016, kita melakukan perjalanan ke Gedangsari melewati rute yang lebih panjang tetapi tidak melewati pegunungan. Kita tidak melewati Gunungkidul yang jalannya naik turun, tetapi kita jalan mengitari pegunungan Gunungkidul yaitu melewati Klaten. Kita berangkat dari Jogja jam 7.00 dengan tujuan pertama Luweng Sampang. Dengan berpedoman GPS kita melewati jalan jogja solo - setelah ada pertigaan dengan plang ke kanan ke arah Gantiwarno / Setasiun Srowot (sebelum bangjo) kita ambil kanan - ke arah setasiun srowot - setasiun srowot ambil kiri ikuti jalan utama - pertigaan ada plang ke Gantiwarno ambil kanan - sampai jalan Ahmad Dahlan ambil kiri - sampai SD Jogoprayan ambil kanan lurus ikuti lereng peguningan dan GPS - sampai bertemu dengan sungai ikuti sungai kecil tersebut. Jalan ke luweng sampan memang sedikit rumit karena banyak cabang jalan kecil. Ikuti GPS aja sih saranku biar aman walaupun kadang masuk jalan setapak.
Jalan Ke Luweng Sampang |
Saat pertama kali lihat luweng sampah rasanya wahhh banget karena expetasi berbeda dengan realita. Expetasi luweng sampang bagiku adalah air terjun yang menjulang tinggi dengan bebatuan yang membentuk Luweng (tempat memasak dengan api) makanya disebut luweng sampang. Ternyata realitanya air terjun Luweng sampang tidak begitu tinggi hanya kira-kira 3 meteran yang berada di aliran sungai kecil. Tetapi jangan salah tekstur bebatuannya sangat indah sekali. Bebatuan hitam yang berada di sepanjang aliran sungai membuat seni tersendiri. Seni bebatuan inilah yang merupakan ciri khas luweng sampang.
Luweng sampang dijaga oleh sesepuh setempat yang merupakan juru kunci luweng sampang. Biasanya beliau menjadi juru parkir kendaraan bagi wisatawan yang ingin mandi di luweng sampang. Parkir kendaraan roda 2 Rp 2.000,00 dan masuk ke luweng sampang free alias gratis. Saat kita datang yang paling menakjubkan adalah banyak kupu-kupu berwana kuning kehijauan yang sedang bermain di pinggiran sungai. Sayangnya kita gak bawa kamera bagus sih jadi gak bisa foto hhahaha.
Karna cuma pake Hengpong Jadul yah Butterfly-nya keliatan putih doang :D |
Aliran Luweng Sampang |
Air Terjunya berada di belakang yang rame buat mandi |
Air Tejun Kluwehan |
Kluwehan aliran dari atas |
Kita lanjut naik ke Green Village dengan tanjakan yang lumayan extrim dan kecil bebarengan dengan pengendara KLX yang kenceng-kenceng. Sesampai di pertigaan ada plang ke kiri ke arah air terjun Banyu Nibo atau air terjun Yunan. Terus kita berhenti dulu nanya orang kira-kira jauh gak, ternyata enggak. Kita langsung cus ikuti jalan cor blok. Setelah ada masjid kiri jalan kita ambil kiri ikuti jalan bertanah. Setelah ikuti jalan bertanah, jalanan mulai menyempit seperti jalan setapak tetapi tetep bisa dilewati motor guys yang penting hati-hati. Kita masuk di pekarangan rumah warga, karna aku takut jalan kecil aku minta turun dan mending jalan kaki. Gak jauh, kita sudah di parkiran depan rumah warga, Dengan membayar parkir Rp 2.000,00 dan free untuk masuk air terjun, kita langsung berjalan turun kira-kira 100 meteran. Jam 11.00 kita sampai di Air Terjun Yunan. Akses jalan air terjun ini masih berupa tanah dan bebatuan kecil jadi kalau pada saat musim hujan kudu hati-hati.
Air terjun Yunan merupakan air terjun kecil yang tingginya sekitar 3 meteran dan lebar kira-kira sepuluh meteran. Air terjun ini merupakan aliran sungai kecil yang alirannya turun melewati bebatuan yang melebar seperti dinding. Aliran air terjun juga tidak begitu deras karena pada saat musim kemarau. Yang bikin enak di sini adalah anginya semilir sejuk di bawah pohon bambu. Dengan hawa panas di Gunungkidul rasanya adem kalau sampai air terjun ini. Hawanya bikin ngantuk dengan angin yang sepoi-sepoi.
Jalan Menuju Green Village |
Air Terjun Yunan / Banyu Nibo |
Green Village Gedangsari merupakan bukit batu putih yang berada di sebelah timur Gunung Kidul yang berbatasan langsung dengan Klaten. Jika kita naik ke bukitnya, di sebelah timur green village kita bisa menikmati pemandangan rawa jombor yang luas dengan dikelilingi persawahan yang lumayan luas. Kemudian di sekeliling green village kita bisa menikmati pemandangan pegunungan-pegunungan yang menjulang seperti di Selandia Baru. Makanya green village disebut sebagai selandia baru lokal-nya jogja.
Pemandangan Green Village Gedangsari |
Melas yah Mb :D |
Selandia Baru Lokanya Jogja |
Mukanya mohon di Kondisikan :D |
Telaga biru merupakan wilaya penambangan batu kapur yang berada di perbatasan watu kelir sukoharjo dan semin Gunung Kidul. Penambangan batu putih menyisakan cekungan-cekungan yang pada saat musim hujan akan terisi air. Karena air masuk ke dalam cekungan bebatuan kapur maka terlihat beberapa danau kecil berwarna hijau kebiruan. Warna dalam telega inilah yang menjadi istimewa dari sebuah tambang batu kapur. Telaga biru ini juga berada di wilayah perbatasan antara Sukoharjo dengan Gunungkidul. Jadi lumayan sangat jauh dari pusat kota Jogja. Untuk ke sana bisa melewati wonosari tetapi dengan jalan yang naik turun. Tetapi untuk lebih bagusnya kita bisa melewati klaten dan sukoharjo dengan akses jalan yang sudah lumayan bagus dan lebar.
Dari jalan utma tadi kita ambil kanan masuk ke perkampungan warga kira-kira 200 meteran sudah sampai di area penambangan batu kapur. Pemuda setempat sudah menyediakan lahan parkir dan menjadi panitia wisata setempat. Untuk parkir motor Rp 2.000,00 dan tiket masuk Rp 3.000,00. Setelah itu kita naik ke penambangan batu kapur dengan berjalan kaki kira-kira 100 meter dari tempat parkir. Dari atas kita bisa menikmati telaga warna dari atas dengan dikelilingi persawahan yang sangat luas. Bikin adem mata deh pokoknya.
Jalan Menuju Telaga Biru |
Telaga Biru Semin |
Sebenernya warnanya ijo bukan biru hahha |
Setelah puas kita turun karena sudah asar. Pas turun di parkiran, liat arah ke watu payung yang cuma satu kilo jaraknya. Karna mumpung di sini, kita lanjut ke batu payung dengan mengikuti plang petunjuk. Jalan menuju batu payung sudah jelek hanya cor blok. Sesampai di wihara, kita bingung ada plang batu payung tetapi di mana tempatnya dan parkirnya dimana juga. Kemudian kita bertemu sama warga setempat yanag sedang membersihkan kebun miliknya. Kita disuruh parkir di dekat wihara. Dari situ kita naik kira-kira 50 meter oleh pemilik lahan tersebut. Ternyata watu payung itu adalah batu yanag bebentuk payung tetapi masuk ke dalam hutan. Kita cuma naik ke atas untuk menikmati keindahan hamparan sawah dan ada gubuk yang sudah reyot. Biasanya para para wisatawan ke batu payung untuk menikmati sunset.
Batu Payung |
Karna waktu sudah mau jam 4 sore dan motor gak ada yang jaga, kita putuskan untuk turun balik. Sebelum balik, kita mampir di masjid dulu untuk sholat asar. Selesai sholat asar kita lanjut pulang. Perjalanan kurang lebih dua jam untuk sampai rumah dengan melewati jalan Wedi - Bayat sampai jalan solo kemudian balik ke jogja. Alhamdulillah magrib sudah sampai rumah.
Rincian Biaya :
1. Bensin : Rp 50.000,00
2. Makan : Rp 50.000,00
3. Tiket parkir luweng sampang : Rp 2.000,00
4. Tiket Masuk curuk Yunan : Rp 2.000,00 (seiklasnya)
5. Tiket parkir curuk yunan : Rp 2.000,00
5. Tiket parkir green village : Rp 2.000,00
4. Tiket parkir telaga biru : Rp 2.000,00
5. Tiket masuk telaga biru : Rp 6.000,00 ( 2 orang)
Total : Rp 116.000,00 / 2 @Rp 58.000,00 per orang
Peta lokasi Green Village Gedangsari:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar