Jumat, 17 Maret 2017

Pantai Sadeng, Pantai Srakung, Pantai Nampu Girisubo Gunung Kidul

Pantai Srakung

Pantai merupakan tempat wisata favorit bagi banyak orang. Bagi masyarakat kebanyakan, pantai berpasir hitam sudah biasa tetapi pantai berpasir putih sangat istimewa karena jarang ditemui. Pasir berwarna putih hanya ada di beberapa pantai yang memiliki banyak bebatuan karang. Pasir putih tersebut berasal dari karang yang hancur kemudian menjadi pasir. Maka dari itu, di beberapa pantai yang memiliki pasir putih akan banyak ditemui karang-karang yang terdampar di pinggir pantai.


Pantai pasir putih yang sangat bagus salah satunya ada di pantai-pantai daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Gunung Kidul merupakan perbukitan batu kapur hasil dari pengangkatan karang di dasar laut oleh lempeng Indo Australia pada jutan tahun silam. Hampir semua wilayah di Gunung Kidul berupa bebatuan kapur. Tidak salah Gunung Kidul memiliki banyak gua, sungai bawah tanah, gunung batok dan pantai berpasir putih. 

Salah satu andalan pariwisata Gunung Kidul adalah Pantai di sepanjang selatan Gunung Kidul. Ada berupa pantai berpasir putih dan ada pula tebing menjulang tinggi dan langsung berbatasan dengan laut. Untuk pantai berupa tebing pernah aku tulis di Jalan-Jalan Ke Laut Pecis Surganya Rock Fishing Jogja. Pantai berpasir putih di Gunung Kidul sudah banyak di buka akses jalanya. Ada yang masih berupa cor blok dan batu putih yang hanya bisa di tuju dengan sepeda motor. Ada juga pantai yang sudah beraspal halus dan lebar. 

Bulan Februari 2017, kita berencana untuk traking ke Bukit Pengilon melewati Pantai Siung. Karena aku paling suka berangkat pagi, jam 05.30 kita sudah berangkat dari kos ku di Jogja ke Pantai Siung. Kita berangkat melewati jalan wonoari kemudian jalan cinta dan baru masuk ke jalan baron. Perjalanan dari jogja awalnya masih terang dan sedikit mendung, tetapi selang satu jam perjalanan, sampai di jalan baron turung hujan yang hanya rintik-rintik. Perasaan udah gak enak karena bila hujanya tidak deras biasanya awet.

Kita batal berkunjung ke pantai siung karena hujan. Kita putuskan ke timur mencari pantai yang terang karena dari kejauhan pantai di ujung timur tidak begitu mendung. Cus dari jalan baron kita keselatan sampai bertemu dengan pertigaan yang bila ambil kiri ke arah pantai wedi ombo. Pertigaan ini berdekatan dengan tempat wisata baru yaitu Lembah Ngingrong. Karena hujan, kita gak mampir ke Ngingrong dan melanjutkan perjalanan ke timur. Sampai di pertigaan Tepus kita ambil kiri lurus ke timur sampai bertemu pertigaan ke Pantai Sadeng. Kita ambil kanan ke Pantai Sadeng karena terihat langitnya sedikit kebiruan. Baru berjalan kira-kira 1 km an kita sampai di pertigaan lagi dan jalannya sama-sama bagus. Karna bingung, kita tanya sama warga dan ternyata arahnya ambil kiri. Bila lurus itu ke arah tebing Ngungap dan jalan buntu. Karna kita gak tau kalau ngungap itu pantai (habis mbak-mbaknya di tanayain juga radak lola) jadi kita putuskan ke sadeng. Sebelum sampai sadeng, kita berhenti di pertigaan yang ada papan petunjuk tempat wisata. Kita berhenti untuk melihat tempat wisatanya dan ternyata bila masuk ke kanan ikuti jalan corblok itu ke arah pantai Srakung. Kita putuskan ke sadeng dulu. Perjalanan kita lanjutkan kira-kira 2 km an melewati sungai purba bengawan solo yang waw banget. Akhirnya jam 08.00 kita sampai di Pantai Sadeng tanpa retribusi (karena bapaknya belum jaga kita dateng kepagian hahah).

Setelah sampai kita agak begitu asing dengan pantai satu ini. Yaps karena pantai sadeng merupakan pantai pelabuhan ikan jadi di mana-mana ada perahu ikan berlabuh dengan nelayan di sana -sini melihat kita seperti orang asing (ya emang orang asing sih). Bentuk pantai sadeng berupa teluk atau laut yang menjorok ke daratan. Dengan keadaan pantai berupa teluk maka dari itu cocok dijadikan pelabuhan ikan. Kita masuk ke area pelabuhan dan nyari tukang parkir kagak ada jadi kita jalan sampai di ujung pantai dan markir motor di depan warung. 

Alhamdulillah.. hujan sudah reda kita langsung jalan ke arah bebatuan yang menghalangi ombak dengan area berlabuhnya perahu. Di ujung barat ada dua pilar tinggi berwarna hijau dan merah yang membentuk seperti gerbang masuknya perahu nelayan. Saat itu, laut sedang pasang dan ombak lumayan cukup tinggi jadi tidak ada nelayan yang berani ke laut. Karena sedang musim hujan, hanya kita berdualah pengunjung pantai sadeng yang menjadi tontonan para nelayan. Gak enak banget dah. Tapi off all pantai ini jos banget.

Pantai Sadeng

Kapal Nelayan
Jogja - Sadeng
Jam 9.00 kita cabut dari pantai sadeng. Sebelum pergi aku menyempatkan untuk mencari penjual seafood. Walaupun banyak nelayan ternyata tidak ada yang menjual ikan laut. Ahh disayangkan mungkin karena cuaca sedang tidak bersahabat jadi mereka tidak melaut. Kita balik ke arah Sungai Purba Bengawan Solo. Pas sampai pertigaan ternyata bapak yang jaga TPR sudah ada hehhe maap pak kita kepagian. Kita lanjut nanjak naik dan berhenti di dekat sebuah lembah yang panjang dan berkelok di antara dua bukit kapur yang menjulang tinggi. Lembah inilah yang disebut Sungai bengawan Purba.

Menurut ahli kebumian yang sudah meneliti lembah ini, Sungai Bengawan Solo dulunya mengalir ke selatan bukan ke utara. Empat juta tahun silam, sungai bengawan solo yang berhulu di perbukitan wonogiri yang sekarang menjadi waduk gajah mungkur, mengalir ke selatan ke arah Samudra Hindia. Karena pengangkatan lempeng yang diakibatkan oleh desakan lempeng indo-australia yang membuat dataran gunung kidul bukan lagi menjadi dataran rendah, aliran sungai bengawan solo menjadi berbalik ke utara menuju tempat yang lebih rendah. Sekarang lembah sungai bengawan solo purba dijadikan tempat bertani bagi masyarakat setempat. Lembah ini sangat subur karena terdapat endapan lumpur dari bekas sungai bengawan solo purba. 
Sungai Bengawan Solo Purba
Sungai Bengawan Solo Purba satu jalan menuju Pantai Sadeng
Kita langsung melanjutkan perjalanan ke pantai srakung. Mumpung sudah jauh-jauh sampai di timur jogja sekalian lah jalan menuju pantai satu ini. Dari sungai bengawan solo purba, kita lanjut ke pertigaan yang ada papan tempat wisatanya diawal tadi. Kita berhenti di depan papan dan mengamati peta menuju pantai srakung. Kita lalu masuk ke gang yang jalannya sudah corblok menuju pantai srakung. Setelah melewati rawa kecil kita luru mengikuti papan petunjuk menuju pantai srakung. Jangan khawatir tersesat karena di setiap belokan sudah diberi tanda menuju pantai srakung. Setelah melewati perkampungan, kita akan melewati perkebunan warga. Nanti ada pos penjagaan juga atau tempat retribusi. Dikarenakan hujan dan sepi pengunjung, pos penjagaan tidak ada yang jaga sehingga kita masuknya gratis lagi hhehhehe. 

Setalah 1 km an dari pos penjaan, jalan cor bloknya habis. Mampus dah yah kita harus melewati bebatuan kapur yang aduhai sukses menggoncang perut mak. Karena gak kuat dan motor kepater terus, aku putuskan untuk jalan kaki sampai pantai dan temanku membawa motornya sendiri sambil ringut (mara) emosi sama jalananya hahahha. Sabar ya yah ini ujian :D. Setelah jalan kaki lumayan ngos ngosan. Kita sampai di atas sebuah lembah kecil. Dari atas terlihat lembah kecil yang seperti berupa bekas aliran sungai yang sekarang sudang tertutup oleh bebatuan. Lembah inilah disebut pantai srakung.

Pantai srakung merupakan pantai yang diapit oleh dua tebing batu karang. Pantai ini sangat kecil, hanya lebar kira-kira sepuluh meter dan panjang dua puluh meter. Kanan, kiri, dan belakang pantai ini adalah batu karang yang menjulang tinggi. Enak dan cocok menjadi privet beach :D. Setelah melihat-lihat ternyata ada jalan untuk turun menuju pantai. Hati-hati guys jalan menurunnya masih berupa tanah jadi licin dan kanan kiri ada pohon pandan jadi jangan sampai kena durinya. Arghhhhtt emosi karena jalanan tadi ternyata langsung hilang gegara bisa menikmati pantai satu ini. Saat itu pengunjung pantai cuma kita berdua ulalala berasa privet beach banget deh. Mau foto mau jalan sana sini bebas hahhaha.
Pantai Srakung
Arah Pantai Srakung
Karena hujan semakin deras, jam 10.00 kita putuskan balik ke barat menuju wediombo. Perjalanan menuju wediombo membutuhkan watu tiga puluh menitan. Karena kita belum sarapan, kita mampir di Pasar Jepitu untuk mencari warung mie ayam. Kita mampir di warung mie ayam yang berbeda sebelah timur gereja jepithu. Walaupun hanya dengan kios yang sederhana dan terlihat kurang meyakinkan, tetapi jangan salah mie ayamnya enak bingit heheheh. Harga mie-nya juga lumayan murah, yaitu satu porsi mie ayam Rp 6.000,00 dan es teh / es jeruk Rp 1.500,00. Ada menu mie ayamnya yang spesial dan baru bertemu di jephitu ini, yaitu di atas mie ayamnya ada toping bakso goreng kecil-kecil dan rasanya gurih. Enak banget pokonya :D.

Setelah selesai makan dan hujan juga sudah mulai berhenti, kita lanjutkan perjalanan menuju wedi ombo. Tarif masuk ke wedi ombo yaitu Rp 5.000,00 per orang. Dengan tarif Rp 5.000,00 kita bisa masuk ke beberapa pantai sekaligus, yaitu nampu, wediombo, gunung api purba batur, watu lumbung, jungwok, greweng, dan dadapan. Tujuan awal kita adalah menuju kolam alami di wedi ombo tetapi kita urungkan dulu dan kita menuju plang pantai nampu. Jalan menuju pantai nampu cor blok menurun tajam. Karena ini pas lagi hujan jadi cor bloknya licin. Dari atas sudah diberitahu oleh petugas parkir mobil untuk berhati-hati. Dengan beberapa turunan yang lumayan tajam akhirnya kita sampai di pantai nampu jam 11.00. 

Pantai nampu berada di sebelah barat wedi ombo. Dari pantai nampu, kita bisa melihat pantai wedi ombo yang sangat ramai sekali padahal ini hujan. Gimana jadinya pas weekends? :o. Dari kejauhan kita juga bisa terdengar suara tim sar menghimbau para wisatawan untuk tidak menuju kolam alami karena air laut sedang pasang. Yawdah rencana ke kolam alami batal deh. Kita putuskan untuk menikmati pantai nampu saja.
Pantai Nampu

Pantai Nampu dengan Latar Watu Lumbung
Arah Pantai Nampu
Karena hujan semakin deras dan badan sudah basah kedinginan, kita putuskan untuk pulang. Jam 12 kurang kita balik ke jogja melewati semanu. Setelah bayar parkir Rp 2.000,00, aku berjalan naik sampai parkir mobil. Temanku bawa motor naik sendiri sampai atas. Aku gak berani mbonceng dengan keadaal jalan licin dan lumayan curam. Pas aku jalan ternyata ada mbak-mbak memakai motor matic jatuh dan sedang dibopong oleh temannya. Haduh gimana gak parno tuh. Dengan napas ngos-ngosan akhirnya aku sampai di parkiran mobil. 

Perjalan pulang kita melewati rute semanu. Dari pintu masuk wedi ombo (TPR) kita ambil kiri ke arah siung. Kira-kira 1/2 kilo akan bertemu pertigaan kita ambil kanan ke arah semanu. Kita langsung lurus melewati jalan ini sampai bertemu perempatan dan ambil kiri ikuti jalan utama. Setelah kurang lebih satu jam berjalanan sampailah di perempatan jalan utama wonosari Semanu. Jalan ini adalah tempat kecelakaan ketika kita pulang dari Pacitan yang aku jabarkan di Backpacker ke Pantai Klayar, Buyutan, Banyu Tibo Pacitan Part III.  Sampai di perempatan ini, kita ambil kiri lurus ke arah kota wonosari dan mengikuti jalan utama sampai jogja. Jam 14.00, akhirnya kita sampai di rumah. 

Arah pulang melewati Semanu
Rincian Biaya :

1. Bensin                                                 : Rp 40.000,00

2. Makan                                                 : Rp 20.000,00 / 2 orang

3. Tiket masuk wediombo                      : Rp 10.000,00 / 2 orang

4. Parkir di Nampu                                : Rp 2.000,00 

Total Biaya                                            : Rp 72.000,00 / 2 orang : @ Rp 36.000,00

Peta lokasi Pantai Sadeng :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar