Sabtu, 05 Januari 2019

Jalan-Jalan ke Solo Balapan

De Tjolomadoe
Liburan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat modern saat ini. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya antusias masyarakat berkunjung ke tempat - tempat wisata saat hari libur atau hari biasa. Selain itu banyak sekali dibuka tempat wisata baru berupa wisata alam atau pun wisata yang menyajikan spot instagramble yang banyak diserbu wisatawan lokal maupun manca negara. Hal ini pun tidak lain karena efek munculnya aplikasi  Instagram yang merupakan aplikasi untuk menyimpan album foto yang dapat dinikmati khalayak umum. Sehingga para pecinta fotografi berlomba-lomba mengambil foto atau vidio pendek yang menarik di tempat - tempat wisata. Beredarnya foto-foto yang sangat intagramble membuat banyak orang tertarik berkunjung ke tempat - tempat wisata tersebut.

Pada bulan Juli 2018, aku dan teman - teman sekantor mengadakan acara liburan bareng ke Solo bersama-sama sekalian berkunjung ke tempat rekan kami di Solo. Kami berangkat dari Jogja menggunakan Kereta Pramex jurusan Jogja-Solo dengan harga tiket Rp 8.000,00 per orang. Karena kami hanya liburan sehari di Solo, kita memesan 2 tiket langsung untuk pergi dan pulang satu hari sebelumnya. Kereta pagi kami berangkat jam 07:10 dari Stasiun Tugu Jogja. Jam 6 kita berangkat dari rumah menuju stasiun Tugu. Kenapa kita memilih stasiun Tugu padahal stasiun Lempuyangan lebih dekat? Yupss karena kalau kita naik Pramex dari Stasiun Tugu kemungkinan banyak bisa mendapatkan tempat duduk. Antusias masyarakat menggunakan kerta Pramex untuk transportasi sangatlah banyak sehingga tiket kereta pasti habis saat jam sibuk pulang dan berangkat kerja ataupun sekolah. Selain itu tempat duduknya pun sangat terbatas sehingga kadang harus berdiri jika tidak kebagian tempat duduk. Untuk parkir motor di Stasiun Tugu 1 hari hanya Rp 8.000,00.

Setelah berangkat dari Jogja-Solo menggunakan kereta, jam 08:20 kami sampai di Stasiun Balapan Solo. Setelah sampai, kita berangkat menuju rumah rekan kami di daerah Mojosongo. Setelah bercengkrama sekalian sarapan, jam 10.00 kita pamit mau jalan-jalan ke Benteng Vastenburg, Kraton Solo dan Pasar Klewer. Rencana pertama kita mau mengunjungi Benteng Vastenburg, dikarenakan katanya di sini cuma buat parkir bus dan cuma hamparan lapangan, kita akhirnya menuju Pusat Grosir Solo yang ada di Selatan Banteg Vastenburg. Waktu kita sampai di perempatan Patung Slamet Riyadi pas banget ada kereta api uap Jaladra baru lewat. Kita kegirangan banget dan langsung mengabadikan momen bersama kereta api uap Jaladra. Momen-momen seperti ini sangatlah langka. Belum tentu setiap hari kereta api ini beroprasi.
Kereta Uap Jaladra
Setelah akhirnya berfoto dengan kereta api uap, kita langsung meuju pusat grosir solo yang merupakan pusatnya pakaian dengan harga super murah. Para mak - mak yang gila belanja langsung aja tuh gila mata masuk ke PGS. Karena aku gak begitu suka belanja, kita tunggu para mak-mak belanja di sebelah barat PGS, pas di perempatan Gladak yang rimbun dengan pohon beringin. Di sini gak nyenyak banget duduk. Gimana gak, sama aja kayak di Malioboro Jogja. Baru duduk bentar pengamen mondar mandir nyanyi gak jelas. Gak cuma 1 tapi buanyakkkkk bangetttssssss!!!! Hal ini yang membuat gerah wisatawan mau duduk nyenyak. Kalau gak di kasih maksa nyanyi terus gak pergi-pergi padahal kita udah beri kode "gak mas" assyudahlahhh lagu lama!! Akhirnya aku nunggu sambil jalan-jalan dan foto-foto.
Gladag, Solo


Patung Slamet Riyadi

Setelah jam 11.00, kita kumpul mau menuju destinasi selanjutnya yaitu ke Keraton Solo. Kalau mau naik becak, dari PGS ke Pasar Klewer Rp 10.000,00 tetapi kalau ke Keraton Solo Rp 20.000,00. Saat diantar ke Keraton Solo, ternyata kita melewati pitu belakang, yaitu lewat kraton Kamandungan Lor di Jalan Sidikara. Padahal dulu sekitar tahun 2011 aku pernah berkunjung  ke Keraton Solo melewati Komplek Siti Hinggil Lor lalu ke selatan menuju Kamadungan Lor. Sayang saat itu, keraton sudah tutup jadi kita hanya menikmati Siti Hinggil Lor saja.
Siti Hinggil Lor 2011
Kamandungan Lor

Pintu Masuk Musium Keraton 
Musium Keraton Surakarta berada di sisi timur kedaton (Kamandungan Lor), yaitu di Jalan Sidikara. Jadi dari pintu gerbang utama, kita parkir di seberang kiri pintu gerbang lalu lanjut jalan kaki melewati Kori Gapit Wetan menuju pintu loket musium yang berjarak 200 meteran dari tempat parkir. Saat masuk kita di suguhi patung Sri Sunan Pakubuwana VI di depan pintu gerbang kemudian kita membeli tiket masuk per orang @ Rp 10.000,00 dan pemandu Rp 60.000,00. Karena kita gak memakai pemandu, akhirnya hanya membayar tiket masuk saja. Saat masuk kita disuguhi lorong - long panjang dari bangunan yang mengelilingi sebuah taman. Awalnya aku pikir kita bisa masuk ke seluruh penjuru keraton seperti Keraton Jogja, ternyata kita hanya mengelilingi perkomplekan bangunan kecil yang mengelilingi taman. Memang sudah lama kalau Keraton Solo itu terkenal sangat tertutup dengan umum. Ada kabar juga kalau di intern keluarga kerjaan sedang terjadi gejolak perebutan tahta kerajaan.
Pintu setiap ruangan Musium
Taman di dalam musium
Kesan pertama masuk Keraton Solo well, langsung aku bandingin dengan Keraton Jogja tentang tata cara perawatannya. Maaf perawatan Keraton Solo masih kurang karena banyak debu sana - sini sehingga terlihat kotor dan kurang terawat. Entah kenapa memang sangat disayangkan dengan keadaan Musium Keraton Solo saat ini. Oke cukup sampai di sini perbandingannya, kita lanjut jelajah satu persatu isi dari tiap ruangan Musium Keraton Solo yang dulu merupakan tempat Kantor Urusan Rumah Tangga Istana.

Saat masuk aku ambil lorong sebelah kanan menyusuri setiap ruangan dengan Pintu yang lumayan tinggi dengan cat biru. Dari sini, kita disuguhi silsilah Raja Keraton Surakarta. Ruang pertama terdapat berbagai macam tempat duduk para raja dan foto-foto dari para penguasa  Keraton Surakarta. Ternyata kita dapat mengetahui bahwa keraton jogja dan solo itu awal mula dari Ki Ageng Pemanahan Mataram.
Para penguasa Keraton Surakarta
Tempat duduk raja
Silsilah Dinasti Mataram
Setelah melihat-lihat foto-foto raja, kita lanjut menuju ruangan ke dua yang berisi berbagai arca Buddha Avalokiteswara dan berbagai alat upacara. Di sini juga terdapat arca batu peninggalan purbakala.
Jaladwara
Ganeca
 Lanjut ke ruangan ke tiga ada patung kuda milik pasukan keraton yang terbuat dari kayu yang lengkap dengan pakaiannya. Kemudian ruang ke empat terdapat replika tradisi acara pernikahan Keraton Solo. Replika pengantin ini dibuat pada masa Pakubuwono X. Di dinding juga terdapat relief prosesi adat pernikahan Keraton Surakarta.
Patung Kuda
Diorama Pengantin Jawa
 Lanjut ke ruang lima terdapat berbagai macam alat dan replika kesenian rakyat Surakarta. Ada wayang kulit, klenengan, jaran kepang, tayub, dan besalen. Kesenian ini yang masih aku jumpai sampai saat ini hanya wayang kulit dan jaran kepang. Sungguh sangat disayangkan kesenian rakyat dahulu sudah hampir punah. Masuk ke ruagan enam disuguhi berbagai macam topeng yang digunakan untuk Tari Topeng. Tari topeng ini menceritakan tentang cerita Panji Inukertapati, Asmarabangun, Dewi Galuh Candrakirana, dan Klana.
Pagelaran Wayang Kulit
Tayub
Lanjut ke ruang tujuh terdapat alat-alat upacara keagamaan atau upacara sakral keraton. Ada bokor, kendi, keris, tampan, sumbul, kencohan, dan perhiasan. Di sini juga terdapat relief upacara Wilujengan atau selametan Keraton Surakarta. 
Upacara Wilujengan
Setelah ke luar ruangan kita lanjut memutari lorong menuju ruangan selanjutnya di seberang taman. Di sini aku berjalan menyusuri lorong dengan melihat patung gaya eropa yang berada di tengah taman ini.
Lorong
Patung bergaya eropa
Setelah menyusuri lorong, kita lanjut masuk ke ruang delapan dimana terdapat beberapa alat angkut tradisional. Alat angkut ini diangkat oleh abdi dalem keraton. Ada tandu (joli jempono) yang digunakan Puteri Raja saat upacara pengantin, kremun untuk mengangkut peralatan keraton, jolen untuk mengangkut benda sakral kerajaan, dan gawangan untuk mengangkut sesaji. 
Tandu Tradisional
Lanjut ke ruang sembilan terdapat alat transportasi kerta kencana kerajaan. Ada Kereta Kyai Garuda (persembahan VOC kepada Pakubuwono II 1726), Kereta Kyai Garuda Putra (digunakan dari masa Pakubuwono VII - X), dan Kereta Kyai Morosebo (dipakai Pakubuwono III).
Kereta Kencana
Ke ruang sebupuluh terdapat relief pertemuan Pakubuwono VI dengan Pangeran Diponegoro saat meletusnya Perang Jawa (1825-1830). Lanjut ke ruang sebelas tempat penyimpanan berbagai senjata sepeti keris, pedang, panah, pelana kuda, dan bedil. 
Pedang
Masuk ke ruang dua belas terdapat sebuah patung kepala Rojomolo. Rojomolo merupakan penguasa laut yang dipasang sebagai hiasan kapal yang digunakan Pakubuwono IV. Patung Rojomolo ada dua yang satu berada di Museum Radya Pustaka. Langjut ke ruang tiga belas yang merupakan ruangan terakhir terdapat berbagai macam keramik porselin kuna yang dulu menjadi perlengkapan rumah tangga dan dapur.
Keramik
Kepala Rojomolo
Setelah puas menyusuri tiap ruangan Museum Keraton Solo, kita lanjut menuju Pasar Klewer dan Masjid Agung Surakarta. Pasar Klewer merupakan pusat batik Solo. Di sini sangat terkenal harga termurah berbagai jenis kain batik. Jadi kalau kalian ingin beli grosiran batik, pasar Klewer sangat rekomended banget guys!!! Karena aku gak beli apapun aku putuskan pisah dengan teman-temanku dan lanjut menunggu di Mesjid Agung Surakarta. Karena saat itu aku lagi berhalangan, jadi cuma nunggu di luar aja dan suamiku yang masukuntuk Sholat Duhur. Sambil menunggu makan cemilan dan istrahat. Aku menikmati indahnya arsitektur bangunan Masjid ini. Yup betul seperti apa yang kalian pikirkan bahwa walaupun sama - sama saudara sedarah dan satu keturunan perbedaan Kerajaan Yogyakarta dan Kerajaan Solo benar-benar berbanding terbalik. Hemmmm perbedaannya apa? Kalau penasaran silahkan kunjungi dua Keraton ini. 
Masjid Agung Surakarta
Pintu Gerbang Masjid
Pasar Klewer
Karena waktu sudah menunjukan jam 1 siang dan jam 16.30 kita harus sudah sampai Stasiun Balapan untuk pulang, kita lanjutkan perjalanan menuju De Tjolomadoe. De Tjolomadoe merupakan bangunan bekas parik gula yang di sulap menjadi museum yang sangat cantik. Tempat ini baru diresmikan sebagai tempat wisata pada bulan Maret 2018. Wahhh lumayan baru kan :D Lokasi tempat ini berada di Jalan Adi Sucipto, Paulan Wetan, Malangjiwan, Colomadu, Karang Anyar, Jawa Tengah. Kalau dari bandara Adi Sumarno cukup ditempuh 10 menit aja loh.

Pabrik Gula Colomadu ini awalnya didirikan pada tahun 1861 oleh Mangkunegaran IV. Kemudian setelah berhenti beroprasi, pabrik ini terbengkelai selama 20 tahun. Luas wilayah tempat ini sekitar 1.6 ha. Tahun 2017, PT Sinergi Colomadu melakukan renovasi besar-besaran menyulap pabrik terbengkelai ini sebagai destinasi wisata yang snagat menarik dan menakjubkan. Renovasi Colomadu ini tidak mengubah sedikitpun bentuk - bentuk arsitektur dan mesin - mesin penggilingan, benar-benar semua pada tempatnya hanya dipoleh dan dipercantik. Bentuk asli arsitektur Belanda yang melekat pada bangunan tua ini sangat - sangat memukau dan mempunyai ciri khas tersendiri. Hal ini lah yang menjadi daya tarik untuk berkunjung ke De Tjolomadoe.

Saat pertama kali kita datang dari arah jalan kita langsung takjub dengan luas dan megahnya pabrik colomadu. Pertama kita langsung masuk dan parkir. Tempat parkirannya ternyata luas banget bisa menampung ratusan mobil. Setelah parkir kita masuk lewat pintu depan yang dijaga dua satpam. Saat masuk di sini tidak dikenakan biaya masuk hanya mengisi daftar hadir saja. Mungkin karena baru perkenalan dan renovasi juga beum selesai :D Saat masuk kita disuguhi pemandangan mesin - mesin penggilingan buatan Jerman yang masih kokoh sampai saat ini. Benar - benar takjub melihatnya. Tak tunggu lama aku langsung mengabadikan foto di setiap sudut ruangan yang merupakan bagian-bagian sistem pengoprasian pabrik. 

Di setiap ruangan terdapat fungsi masing-masing dalam proses pembuatan gula. Pertama saat kita masuk ada Stasiun Penggilingan (Museum Pabrik Gula), Stasiun Ketelan (area food & break), Stasiun Penguapan (area arcade), dan Stasiun Karbonatasi (area art & craft). Selain sebagai museum gula dan cafe, bangunan ini juga digunakan sebagai concert hall dan multi function hall. Saat opening De Tjolomadoe mengundang David Foster and Friends. Waawww keren banget kan yah :D

De Tjolomadoe
Bangunan Pabrik
Halaman Parkir

Halaman depan pabrik
Stasiun Penggilingan
Tempat pembakaran
Stasiun Penguapan

Stasiun Ketelan

Mesin buatan Jerman
Setelah puas berfoto ria dan waktu menjunjukan pukul 4 sore, kita lanjut menuju Stasiun Balapan Solo untuk bersiap-siap pulang ke Jogja menggunakan kereta Pramex. Alhamdulilah baru jam setengah 5 Pramex sudah siap dinaiki, jadi kita naik kereta dulu agar bisa mendapatkan tempat duduk. Setelah menunggu hampir 1 jam, kereta akhirnya berangkat dan kita sampai Jogja pukul 19.30 malam. Ahhh perjalanan yang menyenangkan di kota tetangga :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar